Cerita pramuka yang saya dengar dari temanku yang lebih tua,
pramuka hanya tepuk tangan, bernyanyi dan jalan-jalan. Apa yang spesial? tidak
ada, terlihat demikian jika hanya melihat dari dekat tanpa menelaah dan melihat
sekeliling kita, ternyata ada yang salah dengan pola pembinaan yang ada.
Pembina pramuka yang membina di lingkungan saya tidaklah banyak melakukan
inovasi, materi lama dibawakan berulang kali dari 10 tahun yang lalu hingga kini, cerita yang ada di masyarakatpun demikian
sama.
Beda zaman beda pula cara pendidikannya, jika masa lalu anak
presentasi harus pakai OHP, sekarang sudah pakai proyektor. Materi komedi zaman
warkop tidak akan lucu jika disampaikan pada saat ini, beda zaman. Begitu pula
materi pramuka 25 tahun yang lalu tidak akan masuk jika disampaikan saat ini.
Pembina pramuka harus update, bukan sekedar hanya mengisi ekstra kulikuler dan
sekolahpun jangan asal ada pramuka, asal jalan lagi.
Gugus depan ujung tombaknya pramuka, maju mundurnya gerakan
pramuka ada di gugus depan ini, pembinaan karakter, penanaman nilai pancasila,
dasadharma dan trisatya kepada peserta didik dilakukan digugus depan,
pengaplikasiannya di masyarakat dan lingkungan.
Faktanya Indonesia masih kekurangan pembina pramuka, ada yang
sudah membina tapi belum KMD, membina di 5 gugus depan, ada guru yang dipaksa
membina. Nah ini yang harus diperbaiki bersama, maaf nih di Universitas untuk
program keguruan di ikutkan Kursus Mahir Dasar (KMD) tapi akhirnya tidak di
terapkan untuk melatih pramuka, PERCUMA.
Kegiatan pramuka di 2016 ini haruslah menarik, menantang dan
tidak membosankan. Seorang pembina pramuka dituntut untuk bisa mengalahkan
kecanggihan smartphone, dengan hal yang tidak bisa didapatkan diperangkat
teknologi ini. Di pramuka bukan sekedar mencari nilai, harus ada ilmu, akhlak
dan karakter yang didapatkan setelah berlatih pramuka.
Posting Komentar